"PENERAPAN BRAND REJUVENATION PADA PERHOTELAN DI KOTA SEMARANG DALAM MASA PANDEMI"

Sektor perhotelan sebagai salah satu pilar pendapatan sektor pariwisata di Indonesia mengalami keterpurukan yang hebat ketika diterjang pandemi tahun 2020. Sebanyak lebih dari 2.000 hotel ditutup di Indonesia, dengan potensi kerugian mencapai Rp. 30 triliun (Januari-April 2020). Bahkan, diambil dari data survei Badan Pusat Statistik, tingkat keterhunian kamar hotel pernah mencapai poin terendah, yakni hanya sebanyak 12,67% pada Mei 2020. Penelitian dengan judul “Penerapan Brand Rejuvenation pada Perhotelan di Kota Semarang dalam Masa Pandemi” memiliki rumusan masalah bagaimana penerapan brand rejuvenation pada perhotelan di Kota Semarang dalam masa pandemi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi brand rejuvenation serta penerapannya pada perhotelan di Kota Semarang dalam masa pandemi. Penelitian ini berdasarkan teori brand rejuvenation dari A. B. Susanto dan Himawan Wijanarko. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data-data primer dan sekunder yang diambil dari hasil wawancara bersama narasumber terkait dari beberapa hotel yang terpilih serta pengamatan yang dilakukan pada konten-konten media sosial dari beberapa hotel terpilih tersebut. Data akan dianalisa menggunakan teknik dari Miles dan Huberman, yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Landasan teori yang digunakan adalah teori brand dan brand rejuvenation. Berdasarkan analisa penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa strategi brand rejuvenation hotel dalam masa pandemi adalah “healthy and friendly”. Strategi ini utamanya mencakup pembaharuan protokol kesehatan terkini sesuai anjuran pemerintah. Pembaharuan protokol kesehatan tertuang dalam berbagai hal, seperti penggunaan aplikasi Peduli Lindungi, penjagaan jarak di area berpotensi terjadi keramaian, standarisasi penggunaan disinfektan pada area berpotensi keramaian dan kamar. Berbagai penggunaan baru yang relevan dengan situasi dan kondisi juga diadakan, seperti fasilitas Rapid Test gratis, serta fasilitas lain yang mendukung tren fun staycation seperti pembaharuan layanan televisi kamar dengan adanya Netflix. Karena hotel telah mejadi relevan dengan jaman, angka tingkat hunian kamar dapat naik stabil di 60-70%. Keywords: brand, brand rejuvenation, perhotelan, Covid-1